Rabu, 14 Agustus 2019

Baca Ulas: Semesta pun Berthawaf (T. Djamaluddin)

Semesta Pun BerthawafSemesta Pun Berthawaf by Thomas Djamaluddin
My rating: 5 of 5 stars

Buku yang sangat menarik.
Terdiri dari 14 bab yang hampir semuanya berbicara dari sisi astromi dalam usaha memahami al-Quran terutama ayat-ayat yang berkaitan dengan alam semesta.

Dalam membahas evolusi manusia, penulis memberikan sedikit pendapatnya mengenai kelahiran Adam. Menurutnya, bisa jadi Adam a.s. juga serupa dengan Isa a.s. memiliki ibu, tetapi tanpa ayah.
Sehingga proses biologis (dilahirkan dari rahim sesosok makhluk) tetap terjadi. Hal ini menurut beliau dikarenakan Allah tidak menjelaskan proses kelahiran Adam, tidak seperti kelahiran Isa dari Maryam. (Lebih jelasnya bisa dibaca di buku ya, pendapat beliau ini).
Hal ini tentu saja masih sangat bisa diperdebatkan apalagi bila dikaji dengan ayat-ayat tentang proses penciptaan Adam.

Kelebihan lain buku ini selain penjelasan sains yang disandarkan pada ayat-ayat al-Quran, yaitu adanya halamna-halaman yang memuat QR code yang bisa dipindai sehingga kita dapat melihat video-video terkait beberapa hal yang dibahas dalam buku.

Bagi yang masih bingung apakah bumi ini datar atau bulat, buku ini bisa banget dibaca lho. ^^


View all my reviews

Senin, 29 Juli 2019

Baca Ulas: Prabu Anom (Le Petit Prince versi Bahasa Sunda)

Prabu AnomPrabu Anom by Antoine de Saint-Exupéry
My rating: 4 of 5 stars

Membaca The Little Prince dalam bahasa Sunda memberikan nuansa tersendiri. Ceritanya tetap sama tetapi karena disajikan dalam bahasa ibu yaitu bahasa Sunda (saya orang Sunda), rasanya lebih mengena, karena jujur saja ada beberapa kata yang memang lebih pas dan lebih tepat dalam bahasa Sunda ketimbang bahasa Indonesia. Saya sudah membaca versi terjemahan bahasa Indonesianya terlebih dahulu. Misalnya ketika ada dialog tentang pohon baobab atau ki tambleg (dalam versi bahasa Sunda).

"Jika demikian,mereka juga makan pohon baobab?"
Aku menjelaskan pada Pangeran cilik bahwa baobab bukan semak, melainkan pohon sebesar gereja, dan kalaupun ia membawa sekelompk gajah, mereka tidak akan mampu menghabiskan satu pun pohon baobab.
Gambaran sekelompok gajah membuat Pangeran Cilik tertawa, "Harus diletakkan satu di atas yang lain."
Tetapi ujarnya dengan bijaksana, "pohon baobab, sebelum menjadi besar, tentu kecil dulu."
"Betul! Tapi mengapa kamu ingin dombamu memakan anak-anak pohon baobab?"
"oh, ayolah!" jawabnya, seolah-olah sudah jelas dengan sendirinya. Dan aku harus menggunakan seluruh daya pikirku untuk memecahkan persoalan itu sendiri.

Versi terjemahan bahasa Sunda:

“Atuh domba gé bisa nyatu ki tambleg?”
Manehna ku kuring dibéjaan yén ki tambleg mah lain rungkun, éta mah tatangkalan nu gedéna sagéde gedong, jeung sanajan dihakan ku gajah saburuyugan gé, ki tambleg téh moal beak satangkal-tangkal acan.
Ngeunaan gajah, si Prabu Anom téh kalah ngabarakatak.
“Mun aya gé gajahna kudu digundukkeun sangkan mahi.” pokna téh.
Tuluy ceuk manéhna téh ngomong, mani wijaksana pisan, “Saacan gedé, ki tambleg gé jadi siga jukut heula.”
“Enya oge sih,” ceuk kuring, “Tapi naha si domba kudu nyatu ki tambleg nu siga jukut kénéh?”
Manéhna langsung némbalan, “Euh, cik atuh lah!” cenah, kawas pananya nu teu kudu dijawab. Kuring jadi mikir sorangan, lila pisan.

Ketika saya membaca versi bahasa Sunda, dialog tersebut terasa lebih segar dan lebih pas. Menariknya lagi, buku Prabu Anom ini memuat juga aksara Sundanya dari setiap kalimat, bagus deh pokoknya :))


View all my reviews

Baca Ulas: Mecca, I'm Coming! Karya Salamun Ali Mafaz

Mecca I'm Coming by Salamun Ali Mafaz My rating: 3 of 5 stars Tokoh utamanya Eddy dan Eni dari Desa Timpik. Eddy seorang pemuda biasa...