Selasa, 06 Oktober 2015

Baca Ulas : Sabtu Bersama Bapak


Judul                     : Sabtu Bersama Bapak
Penulis                   : Adhitya Mulya
Penerbit                : Gagas Media
Tahun Terbit       : 2015 (Cetakan Kelima belas)
Tebal                     : 277 halaman

Blurb:
Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.
---

Bagian awal novel ini dibuka dengan pak Gunawan Garnida dibantu istrinya, Itje Garnida menyiapkan segala keperluan untuk membuat rekaman video. Pasangan suami istri itu berasal dari Bandung. Saat pembuatan video tersebut,usia pak Gunawan 38 tahun, dan istrinya 35 tahun. Saat itu bulan Desember tahun 1991.

Pada suatu sabtu sore di tahun 1993, bulan Januari. Ibu Itje untuk pertama kalinya memperlihatkan rekaman video yang suaminya telah persiapkan kepada dua anak laki-laki mereka yaitu Cakra berusia lima tahun , dan Satya berusia delapan tahun. Dan Sabtu-sabtu berikutnya sesuai dengan jadwal yang diberikan ibu Itje, sehabis Ashar, Cakra dan Satya akan menghabiskan “Sabtu Bersama Bapak”.

Cakra dan Satya pun dewasa. Satya telah menikah dan bahkan telah dikaruniai tiga orang anak laki-laki. Cakra masih dalam usahanya mendapatkan gadis pujaan, dan ibu Itje…usaha restorannya maju pesat.

Cerita lalu bergulir diantara usaha Cakra mencari jodoh, Satya yang mengalami masalah rumah tangga, dan ibu Itje yang menyembunyikan ‘sesuatu’ dari anak-anaknya tercinta. Selama itu pula, video-video dari pak Gunawan terus menemani mereka.

---

Saya sudah cukup lama mengetahui ada karya Adhitya Mulya terbaru, yaitu novel Sabtu bersama Bapak ini, novel ini pertama kali cetak tahun 2014. Tetapi saya baru berkesempatan dan mendapatkan mood untuk membeli novel ini baru di pertengahan tahun 2015, dan tidak langsung dibaca juga, pembaca apalah saya ini.

Begitu saya mulai membacanya, waaahhh….. novel ini bagus. Beneran, karena saya cukup tahu beberapa karya Adhitya sebelumnya. Pertama kali karyanya yang berkesan buat saya itu novel Gege Mengejar Cinta, awalnya pinjam trus punya sendiri trus novelnya hilang, entah setelah dipinjam siapa *nangis*. Lalu Jomblo, yang ini pinjam saja, tidak berniat mempunyai pribadi karena saya sudah telanjur terganggu dengan penokohan dalam filmnya. Travelers’Tale yang dikerjakan keroyokan bareng tiga penulis lain termasuk salah satunya adalah Ninit Yunita. Terakhir yang memuat tulisan Adhitya Mulya adalah buku Indonesia Jungkir Balik.

Cerita di novel Sabtu Bersama Bapak meninggalkan kesan baik untuk saya, pesan-pesan pak Gunawan untuk kedua anaknya, sesungguhnya juga dapat jadi pesan bagi kita yang membacanya. Pesan-pesan bagaimana menjadi laki-laki yang baik, bagaimana dalammenuntut ilmu, bagaimana kelak menjadi suami dan ayah yang dapat menjadi teladan, sangat bisa diterima. Ditambah lagi, ketika saya membaca novel ini, suasana hati saya sedang mendukung sekali,dan merasa sangat setuju dengan pendapat-pendapat pak Gunawan.

Kalau mau mengambil kuitpan dari pak Gunawan, terlalu banyak yang bisa dikutip. Meskipun banyak petuah-petuah bijak dari Bapak, tetapi novel ini juga tidak kehilangan cirri khas Adhitya Mulya, tidak kehilangan unsur jenakanya, sehingga rasanya komplit .
Satu hal yang ingin saya sampaikan juga, bahwa saya mengapresiasi Adhitya dalam memakai sebutan Sunda, sehingga kesan bahwa para tokoh dalam novel ini berasal dari tatar Sunda lebih terasa. Saya salut, ketika di halaman 268 saya membaca ini:

“Come on Boys… sarapan dari Bi Ayu!” seru Rissa.

Lalu di halaman selanjutnya,

Ayu menggendong si  Bungsu, “Kamu, aku bawa pulang aja ,ya? Tinggal di sini aja ya? Sama aku? Sama Mang Saka? Kiss kiss.”

Apa yang menarik? Pemakaian kata ‘Bi’ dan ‘Mang’, mungkin sepele, tapi tidak juga. Saya merasa perlu mengapresiasi, karena sekarang ini, banyak orang Sunda yang sudah meninggalkan menggunakan kata ‘Mang’ untuk kata ganti paman dan menggantinya dengan sebutan ‘Om’, juga banyak  yang meninggalkan kata ‘Bi atau Bibi’ dan menggantinya dengan ‘tante’ atau ‘aunty’. Katanya kalau pakai kata ‘Bi’ atau ‘Mang’ itu kampungan, gak kekinian, padahal itu bahasa daerah, yang kalau sudah semakin banyak yang tidak menggunakan maka bahasa itu akan hilang. Kekhawatiran saya terlalu jauh ya? Bisa jadi…  Tapi hal itu juga yang membuat saya terlalu senang ketika membaca novel ini. Kang Adhitya Mulya, saya salut akang mempertahankan menulis sebutan itu dalam bahasa Sunda.

Untuk review  atau ulasan kali ini, saya mau ngasih nilai. Nilainya dari saya membandingkan dengan karya Adhitya Mulya sebelumnya. Saya kasih nilai lima bintang untuk Sabtu Bersama Bapak.

Selamat membaca, happy reading, wilujeng maca…. ^^

Selasa, 08 September 2015

Baca Ulas : Surga Yang Tak Dirindukan

Judul: Surga Yang Tak Dirindukan

Penulis: Asma Nadia

Penerbit: Asma Nadia Publishing House

Tahun Terbit: 2015 (Cetakan ke-20)

Tebal: 300 halaman


Apa artinya rumah jika tak lagi menjadi pelabuhan yang ramah bagi hati seorang suami? Apa jadinya surga jika tak lagi dirindukan? Benarkah dongeng seorang perempuan harus mati agar dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan?
Ah, surga yang retak-retak.
Peristiwa tragis dan email aneh dari gadis bernama Bulan.
Pertanyaan yang terus mendera: “jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki,kenapa cinta tidak cukup membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?’
Sementara seseorang berjuang melawan Tuhan, waktu dengan sabar menyusun keping-keping puzzle kehidupan yang terserak, lewat skenario yang rumit namun menakjubkan. 
===
Suara yang didengarnya tegas, jelas, dan riang. Ada celoteh bocah cilik didekatnya ketika perempuan itu menyapa,
Halo, Nyonya Prasetya di sini… (h. 48)

Dunia Arini seakan runtuh semenjak hari itu, dongeng-dongeng yang selama ini dipercaya olehnya terasa tak lagi sama. Siapakah perempuan yang dengan bangganya mengaku sebagai Nyonya Prasetya itu?
Surga yang tak dirindukan menceritakan pergulatan batin Arini, Mei Rose, juga Mas Pras atau Andika Prasetya. Bagaimana Arini menghadapi fakta adanya Nyonya Prasetya lain selain dirinya. Bahwa kebenaran pasti akan terungkap bagaimanapun jalan untuk mengungkapkannya.

Siapa yang salah dalam semua kejadian itu? Arini? Ataukah Mei Rose, perempuan yang mencoba keras untuk mati tetapi takdirnya berkata lain, ataukah ini salah Pras? Yang sudah berkomitmen cintanya hanya untuk Arini tetapi membiarkan perempuan lain ikut mengisi hatinya?
Dongeng siapa yang akan selamat?
Dongeng Arini, ataukah dongeng Mei Rose?

Kesan:

Saya membeli novel ini karena mamah saya berkata ingin membaca novelnya. Saya sebetulnya tidak suka novel dengan cover film seperti yang saya miliki ini. Kenapa? Karena jujur saja, cover film membuat saya tidak bisa berimajinasi lagi tentang tokoh-tokohnya.
Menurut mbak kasir toko buku tempat saya beli novel ini, novel ini tuh laku banget, best seller katanya.
Temanya menarik, tentang istri yang suaminya berpoligami, tentang alasan seorang laki-laki menikah lagi. Tokoh Pras juga cukup menarik, bukan dengan poligaminya, tapi dengan pertentangan batinnya tentang apa alasan dia harus menikah lagi.

Tapi Saya tidak menyakiti Arini.

Saya berusaha mendidik keikhlasannya agar dia meraih surga… .

Pras Menggeleng.

Arininya sholihah.sholat malamnya rajin. Puasa Senin-Kamis pun rutin. Hari-harinya hanya terisi kesibukan menulis di rumah dan sesekali mengisi seminar.bahkan jika hendak ke pasar, atau mengajak anak-anak ke rumah saudara, perempuan itu selalu meminta izinnya.

Arininya bersih. Pras yakin, tanpa dimadu pun Arini insya Allah bisa menemukan jalannya sendiri ke surga. (h. 269)

Novel dibiarkan dengan ending terbuka, yang memungkinkan pembaca menebak-nebak apa yang Arini lakukan.
Sampai hari ini, saya belum mau menonton filmnya, nanti sajalah kalau sudah diputar di tivi swasta hehe...

Baru-baru ini saja saya membaca karya Asma Nadia. Dari beberapa karyanya yang saya baca, yang ini cukup baik, menurut pendapat saya.

Selamat membaca, seperti biasa saya tidak akan memberikan penilaian dengan angka, silahkan memberi penilaian sendiri.. ^_^








 

Selasa, 01 September 2015

Baca Ulas : Komik Palestina (Serial) oleh Fatharani Yasmin Shaffiyya Sani

Judul :Komik Palestina (Serial: 3 komik)
Penulis :Fatharani Yasmin Shaffiyya Sani
Penerbit :Rumah Pensil Publisher
Tahun :2015 (cetakan pertama) 

Baca Ulas kali ini saya mau mengulas Komik Palestina karyanya Fia (nama aslinya panjang banget). Saya kenalkan dulu penulis sekaligus yang bikin semua gambar di komik ini ya.
Panggil aja dia Fia, kelahiran Bandung, 1 Oktober 1997. Cita-citanya menjadi animator dan komikus
Sekarang kita bahas komiknya yuk... 

Komik ke-1: RAFAH TEMPAT MEREKA SYAHID
Komik ini bercerita tentang Farid. Farid adalah seorang anak dokter bedah dari Turki yang baru pindah ke Gaza. Melihat lingkungan baru yang kejam, Farid tidak yakin akan dapat teman, sampai akhirnya ia bertemu dengan Ahmad, seorang anak seumurnya yang punya sifat tegas dan bersemangat. Farid pun perlahan tahu masa lalu Ahmad yang menyakitkan, dan sudut pandang sahabatnya itu tentang musuh besar mereka, zionis Yahudi. Tapi sebuah pertemuan tidak sengaja mereka dengan seorang bocah dari balik pagar mengubah segalanya. Apa yang akan dikatakan bocah itu? Jawabannya ada di komik ke-1 ini. 

Komik ke-2: BILAL DAN HILAL
Bercerita tentang robekan jurnal Ubaida Nashita Al-Baihaqii, seorang jurnalis perempuan berpenampilan backpacker dari Indonesia yang berpetualang ke Gaza demi harapan terakhir kakaknya. Jurnal itu berkisah tentang sepasang anak kembar 12 tahun yang berhasil maju bersama melewati berbagai rintangan hidup. Bilal, sang kakak yang kuat, ingin melindungi adiknya, Bilal yang ramah. Mereka baru saja terpisah karena serangan udara menghancurkan sekolah mereka. Kisah selanjutnya bisa dibaca di komik ke-2 ya..

Komik ke-3: PARA PENCARI SYAHID
Khalida sudah lama ingin pergi ke Palestina, komitmen hatinya yang keras menepis sifat cengeng dan kekanakkannya untuk terus membuat komik-komik tentang Palestina. Namun, petualangan sebenernya dimulai ketika ia tahu bahwa kedua sahabatnya, Nana dan Lazuardi, diajukan untuk pergi ke Tanah Suci itu sebagai relawan muda karena peristiwa misterius yang terjadi di Yerusalem. Akankah Khalida menyusul teman-temannya ke Palestina? Apakah mereka berhasil mengejar cita yang mereka teriakkan dengan lantang di masa kecil mereka? Jawabannya ada di komik ini yang juga merupakan komik yang paling tebal dibanding dua komik sebelumnya. Tebal komik ini mencapai 233 halaman. 

Kesan:
Komik ini menarik dan bisa menjadi alternatif bacaan, apalagi buat yang biasa baca Manga, karena temanya yang berbeda. 
Komik yang berjudul Bilal dan Hilal adalah favorit saya dan anak-anak. Pas saya baca komik ini saya sempat baper dan berlinang air mata ... T_____T
 
Sedikit kekurangannya adalah penggambaran tokoh yang mirip (terutama wajah) di setiap komik, walaupun diberi pembeda dengan warna rambutnya. Terus di beberapa bagian masih ada yang terlihat kasar goresan gambarnya (kayak yang jago gambar aja deh komennya). 

Oh iya, satu poin plus lagi, kalau kita membeli komik serial ini, kita juga ikut berdonasi untuk saudara kita di Palestina lho. 

Sebelum akhirul kalam, kalau habis baca ulasan ini, terus ingin beli komiknya tapi gak ada di toko buku biasa, bisa banget hubungi saya lho ^_^

Akhirul kalam, selamat membaca, happy reading minna san.... 

Rabu, 12 Agustus 2015

Baca Ulas : Novel Ayah, Andrea Hirata

Judul: Ayah
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 396 halaman

"Seperti dikisahkan Amiru kepadaku"

Demikian kalimat pembuka novel terbaru dari Andrea yang berjudul Ayah.
Novel ini terdiri dari 47 chapter.
Ada beberapa tokoh yang disebut dalam novel ini selain Amiru, sebut saja Sabari, dan dialah yang akan menjadi tokoh utama.

Ayah adalah tema novel ini, dan di awal kita akan dikenalkan dengan tokoh ayah yang pertama, yaitu Amirza. Dengan gaya Andrea yang khas, kita lalu diajak berkenalan dengan tokoh ayah lain yang bernama Markoni. Setelah itu kita juga akan dikenalkan dengan Insyafi, ayah dari Sabari, tokoh utama.

Perkenalan para tokoh ayah akan mengajak kita mengenal sosok Sabari dan juga Marlena. Dan tentu saja kisah Sabari mengejar cinta Marlena yang kocak, mengharu biru, tak kenal lelah dan pantang menyerah. 

"Sabari melirik bayi itu. Napasnya tertahan melihat pipi dan kening berair-air, hidung mungil dan mulut lembut bak kelopak mawar. Bayi itu bak sebongkah cahaya. Sabari gemetar karena melihat bayi itu dia menemukan seseorang yang selama ini bersembunyi di dalam dirinya. Orang itu adalah Ayah. " (hal. 181)

Ayah seperti apakah Sabari? Bagaimana akhir perjuangan cintanya kepada Marlena? Bagaimana akhir semua kisah tersebut? Untuk yang membaca postingan ini dan ingin sekedar mencari tahu jalan ceritanya, saya tidak akan spoiler, silahkan baca saja sendiri dan temukan keseruannya. Biar penasaran... Hehehe. 

Yang menarik dari novel ini, gaya bercerita Andrea yang khas. Saya sendiri termasuk menyukai gayanya dalam menyampaikan cerita (ini penilaian berdasarkan selera saja). Selanjutnya adalah saya jadi tahu informasi novel yang nampaknya ceritanya menarik, kisah tentang Florentino Ariza dalam novel karya Marquez, Love in the Time of Cholera. Novel Marquez itu beberapa kali disebut dalam novel ini. 

Yang mungkin sedikit menganggu adalah endorsement untuk Andrea Hirata berkaitan dengan karya pertamanya yaitu Laskar Pelangi yang menghabiskan delapan halaman depan. 

Seorang teman berkomentar setelah membaca novel ini, menurutnya tema Ayahnya kurang diangkat dan terlalu fokus pada kisah cinta Sabari. Ya, bisa jadi demikian... Tapi, menurut saya, novel Ayah ini sudah cukup menyampaikan tema Ayah. Ayah yang disampaikan oleh pengarang cukup banyak, kita akan melihat berbagai karakter Ayah.

Kalau memang terlihat fokus pada cerita Sabari mengejar cinta, saya pikir juga tidak masalah. Kisah Sabari mengejar cinta ini diceritakan kembali oleh anaknya. Cerita cinta Ayah kepada ibunya. Tidak ada yang salah (kembali ke penilaian pribadi). 
Terkadang kita sebagai anak merasa ingin tahu, bagaimana sejarah cinta Ayah dan Ibu bermula. 

Anyway, selamat membaca ya... Novelnya menghibur. Sebagai penutup, saya mau mengutip sekali lagi. 

"Ingat, Boi, dalam hidup ini semuanya terjadi tiga kali. Pertama aku mencintai ibumu, kedua aku mencintai ibumu, ketiga aku mencintai ibumu. "

Sabtu, 27 Juni 2015

Sekedar Menulis

"Age is just a number, some people are just growing old, but not growing up."


Sebenarnya apa yang mau saya tulis? entah.....
Tentang usia yang hanya berupa angka? mungkin.....
Tentang kita yang hanya bertambah tua usia tapi tidak bertambah dewasa pemikiran? bisa jadi.....

Jadi, apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan?.............................................................................

Dewasalah, ada saatnya kita harus bersikap dewasa. Dunia bukan milik kita sendiri sehingga bisa kita perlakukan sekehendak kita.

Ini sebenarnya mau nulis apa?............................................................................................................

Just grow up!


Sabtu, 20 Juni 2015

Review: Gaul Jadul, Biar Memble Asal Kece

Judul : Gaul Jadul, Biar Memble Asal Kece
Pengarang : Q Baihaqi
Penerbit: Gagas Media
Tahun : 2009 (cetakan pertama)
Genre : non-fiksi,  lifestyle
Tebal: 277 halaman


Buku ini mengambil tema Tahun 80an Sebagai  Tahun yang paling Kece Badai. 

Tahun 80an itu, saya sendiri masih kecil, masih lucu2nya. 


Buku ini terbagi kedalam beberapa bagian,menceritakan hal-hal menarik berkaitan dengan:

Serial TV.  Membahas mulai dari sinetron dan serial barat yang tayang di televisi tercinta yaitu TVRI. 

Musik.   

Dunia anak - anak. Mainan, game watch, Dan jajanan dibahas di bab ini. 

Film.  Bagian ini kits diajak melihat pelaksanaan FFI pada masa itu, film horor tante Susana, juga film nagabonar dan Catatan si Boy. 

Buku dan majalah.  

Sukseskan.  Bagian sukseskan ini bicara tentang program wajib belajar dan tiada hari tanpa olahraga. 

Baca buku ini, membawa kita bernostalgia dengan masa - masa Jadul itu, beberapa informasi bahkan menambah pengetahuan saya, maklum aja... Kan tahun 80an saya masih anak kecil yang manis dan polos  :)) 


Yang mau nostalgiaan dengan tahun 80an.. Baca buku ini aja yaaa....  Lumayan lho, bikin kangen :) 


Jaman dulu itu mungkin gak kekinian, tapi buat kami yang mengalaminya, jaman itu keren banget. 



Minggu, 24 Mei 2015

Review: Alpha Wife

Judul: Alpha Wife
Pengarang: Ollie
Penerbit: Gagas Media
Jenis: Novel
Tebal: 193 halaman

Alpha Wife, istilah ini diberikan untuk istri-istri yang memberi kontribusi lebih besar dalam keuangan rumah tangga, bahkan bisa jadi istrilah yang menjadi breadwinner atau pencari nafkah utama keluarga.

Kisah dimulai ketika Malena, editor in chief majalah wanita Glam Lady tengah ada di acara After Party Retro Fashion Show yang diadakan majalah tersebut. Pada kesempatan itu Malena ditemani oleh Eric, suaminya.
Acara After Party itu hampir berjalan sempurna kalau saja Lena tidak bertemu dengan salah satu undangan yaitu Joanna, editor in chief majalah Stylish Women.
Lena tentu saja mengenalkan Eric kepada Joanna, dan sesuatu yang ditakutkan oleh Lena kemudian terjadi, yaitu bahwa Joanna akan mengetahui bahwa suami seorang editor in chief Glam Lady adalah...

"Guru. Saya mengajar di SMA," sahut Eric lepas.

Peristiwa itu menjadi awal dari ketegangan yang terjadi dalam rumah tangga Malena dan Eric yang tadinya terlihat harmonis.
Sejak diketahui bahwa Eric adalah Guru, beberapa orang dekat Malena mencoba "mempengaruhi" Malena. Diantaranya adalah sahabatnya sendiri, yaitu Mala. Mala bahkan ikut membantu mencarikan pekerjaan kantoran untuk Eric, agar status pekerjaan Malena dan Eric tidak terlalu "jomplang".
Begitupun Mrs. Rahardja pemilik majalah Glam Lady, yang meminta Lena untuk memikirkan lagi status pekerjaan suaminya.

Novel ini happy ending. Malena dan Eric pada akhirnya bisa mencapai kebahagiaan mereka.

Sedikit banyak novel ini memberikan gambaran realita yang ada di kehidupan kita dan memberikan solusi pemecahannya.

Kamis, 22 Januari 2015

Review: Pembunuhan Di Mesopotamia by Agatha Christie



Judul: Pembunuhan di Mesopotamia
Pengarang: Agatha Christie
Jenis: Novel dewasa (Lihat di bagian no ISBN), Misteri
Tahun Terbit:
Jumlah Halaman:


---- Novel ini adalah novel yang saya baca sampai selesai di bulan Januari 2015. Sesuatu yang perlu dicatat, karena biasanya saya tidak mengingat buku apa yang dibaca kemudian dibuat reviewnya. Saya bukan orang yang senang membuat review. Pertama, karena saya merasa tidak pandai mereview hasil karya orang lain. Biasanya baik saya membaca novel, komik atau cerpen majalah/koran hanya berakhir dengan kalimat-kalimat pendek yang menurut saya tidak perlu dituliskan, saya cukup menyebut "bagus" (mengutip kata-kata melegenda Pak Tino Sidin --- di sisi ini, tokoh Pak Tino Sidin cukup menjelaskan dari era kapan saya tumbuh besar). Kedua, saya lebih senang membaca review orang lain.
Bukan berarti, saya belum pernah sama sekali membuat review, tapi saya sangat-sangat jaraaannng. Mulai tahun ini, saya akan mulai mereview buku-buku yang saya baca, dan ini adalah review pertama saya.

                                                                      ----------------

Pembunuhan di Mesopotamia adalah salah satu kasus yang diselesaikan oleh Hercule Poirot. Hercule Poirot sendiri adalah salah satu tokoh detektif legendaris ciptaan Agatha Christie, tokoh lain adalah detektif Miss Marple. Selain kasus-kasus yang diselesaikan oleh dua detektif tadi, ada juga karya-karya Agatha yang tidak memakai tokoh detektifnya, misalnya pada novel yang berjudul Ledakan Dendam yang bersetting Mesir Kuno (kalau saya tidak salah ingat) dan Sepuluh Anak Negro. Novel Agatha Christie yang terakhir saya sebut, sampai saat ini adalah novel misteri yang menjadi favorit saya.

Pembunuhan di Mesopotamia mengambil setting di Baghdad. Kasus dalam novel ini, dikisahkan oleh seorang tokoh yaitu Amy L, seseorang yang berprofesi sebagai perawat dan terpaksa harus menyaksikan pembunuhan dan kemudian bersama Hercule Poirot mencoba menguak motif dan menemukan pelaku pembunuhan tersebut.
Pembaca diajak membaca tulisan Amy, jadi di novel ini, penuturnya adalah Amy L sang perawat. Saya akan menuliskan sedikit tulisan di bagian belakang novel ini.

"Atas permintaan arkeolog Dr. Eric Leidner, Amy Leatheran bersedia menemani istrinya, Louise, wanita yang cenderung ketakutan dan gelisah -- dan membutuhkan orang yang bisa  dipercayai. Louise menemukannya dari diri Amy. Tapi apa yang harus dilakukan perawat muda itu terhadap kisah-kisah ganjil Mrs. Leidner tentang suami pertamanya, mata-mata Jerman yang telah tewas, yang telah kembali dengan murka untuk menghancurkan rumah tangganya yang baru?"

Pembunuhan di Mesopotamia sekali lagi menunjukkan kekhasan Agatha Christie melalui Hercule Poirot dalam memecahkan kasus. Hercule Poirot menggali informasi dengan gayanya yaitu "kepo" :) ya, dia menggali informasi dengan meminta semua orang yang mengenal korban untuk bercerita mengenai korban. Sembari kita membaca info yang didapat Poirot, sebenarnya kita pun diajak untuk ikut memecahkan masalah. Itulah salah satu segi menarik dari buku yang bercerita tentang detektif, tidak hanya membaca, tapi kita pun diajak memecahkan masalah.

Ada satu hal yang membuat saya terkesan dengan kisah Poirot kali ini, pemecahan masalahnya tentu saja menarik tapi ada hal lain..

Seperti dinarasikan oleh Amy ketika Poirot akan mengungkapkan siapa pembunuh sebenarnya. Pada bagian ini Amy mengungkapkan kesannya.

"Satu hal yang tidak saya sangka sama sekali adalah bahwa ia akan membuka pembicaraannya dengan ungkapan di dalam bahasa Arab. Namun justru itulah yang terjadi. ia mengucapkan kata-kata itu perlahan-lahan, khidmat, bahkan nyaris persis orang saleh. Anda tentu mengerti maksud saya.
Bismillahi rahmani rahim.
Kemudian ia mengucapkan terjemahannya. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang." (hal. 287)

Tentu tidak tepat kalau disebutkan bahwa Bismillah adalah ungkapan dalam bahasa Arab, tapi bisa dimaklumi bila Poirot ataupun Agatha menganggapnya hanya ungkapan, Walau demikian penulisan itu (lafal Bismillah) tetap membuat saya terkesan.

Saya bukan orang yang pandai menilai, tapi bila harus menilai, Pembunuhan di Mesopotamia saya beri nilai 3,5. Nilai yang bisa saya berikan setelah saya membandingkannya dengan novel Agatha yang lain yang sudah saya tuliskan di atas yaitu Sepuluh Anak Negro.

Akhir kata, Selamat membaca :)



Sabtu, 03 Januari 2015

Giveaway Boekoe Factory Outlet - Catatan Seorang Pelanggan

Kali ini saya mengikuti Giveaway Boekoe Factory Outlet, dengan harapan tentunya saya dapat memenangkan Giveaway ini, atau paling tidak saya memberikan masukan bagi Boekoe Factory Outlet.

Boekoe Factory Outlet ini adalah toko buku online yang diasuh diadmini oleh dua orang teman yang saya kenal dari Grup WhatsApp Klub Buku Indonesia. Di tobuk online ini dijual buku-buku yang bermutu baik itu buku lokal ataupun interlokal luar negri yang harganya cukup terjangkau kalau boleh dibilang cukup murah.

Saya sebagai seorang pelanggan yang cukup setia dengan Boekoe FO bermaksud ngasih kritik dan saran seperti yang diharapkan admin BoekoeFO

1. Kesan terhadap Boekoe Factory Outlet
Kalo ditanya kesan suka inget dengan kalimat tiada kesan tanpa kehadiranmu, kesan ke BoekoeFO juga hadir setelah belanja di tobuk ini.
Kesannya okeee..... Mak Nia dan Minsis Upi sebagai admin cukup kerenlah. Cuma, kayanya lebih sip kalau ada foto bukunya ya, karena kan gak semua judul buku yang dipajang di sana saya hapal. Truss... stocknya plis di update lebih sering. Demi kepuasan pelanggan :)

2. Kritik terhadap kekurangan Boekoe Factory Outlet, secara umum dan khusus
Sebenernya di kesan udah cukup tergambar sih. BoekeoFO semoga makin sering update stock sehingga pelanggan gak merasa di PHP akibat liat di blog judul buku masih tercantum tapi pas sms minsis Upi dibilang bukunya udah habis T_________T
Dan, fotonya juga ya min.. supaya tau buku yang mau beli itu yang seperti apa biar gak tebak-tebakan.

3. Saran yang kalian berikan terkait dengan kekurangan di nomor 2.
Kayanya perlu dibuat format blog yang templatenya bisa nampilin foto dan bisa diupdate dengan leluasa. Mungkin kalau di FB bisa lebih diupdate ya min, utamanya sih perkara stock hehe...

4. Ide-ide khusus, termasuk apa yang kalian inginkan ada di Boekoe Factory Outlet.
Ide khusus ya min... persering giveaway termasuk ide khusus yang akan membahagiakan pelanggan seperti saya. Juga... jenis bukunya diperbanyak min, yang lokalnya dan internesyenel.

kayanya segitu aja ya min.. tulisan ini dibuat untuk #GAboekoe oleh Boekoe Factory Outlet . Semoga saya menang :)




Baca Ulas: Mecca, I'm Coming! Karya Salamun Ali Mafaz

Mecca I'm Coming by Salamun Ali Mafaz My rating: 3 of 5 stars Tokoh utamanya Eddy dan Eni dari Desa Timpik. Eddy seorang pemuda biasa...