Sebuah bungkusan plastik tergeletak dengan pasrah di sudut meja kerja saya.
Sebuah post it tertempel di situ, "sedikit oleh-oleh dari Cirebon". Saya buka dengan penasaran, sebatang coklat anti galau (saya pikir coklat anti galau biasanya dari Garut) dan satu bungkusan lagi yang menunjukkan kalau benar ini datang dari Cirebon, terasi.
Sebuah post it tertempel di situ, "sedikit oleh-oleh dari Cirebon". Saya buka dengan penasaran, sebatang coklat anti galau (saya pikir coklat anti galau biasanya dari Garut) dan satu bungkusan lagi yang menunjukkan kalau benar ini datang dari Cirebon, terasi.
Ingat Cirebon, mau gak mau saya ingat seseorang. Seseorang yang sempat saya simpan fotonya di galeri hp saya.
Seseorang yang mungkin pernah menjadi calon menantu paling didambakan oleh orang tua saya. Seseorang yang mengaku menunggu saya selama 12 tahun. Seseorang yang bahkan ingat semua pertemuan tak sengaja yang terjadi setelah kami lulus SMA. Seseorang yang tidak diduga tiba-tiba datang bersilaturahmi Lebaran. Seseorang yang pernah meminta saya untuk menunggunya pada liburan Natal tahun itu karena dia akan pulang.
Seseorang yang ternyata tidak datang ketika liburan Natal itu. Seseorang yang pada suatu subuh menjelang tahun baru mengirimkan sebuah sms yang membuat saya bingung. Seseorang yang kemudian mengirimkan email pada saya di bulan Februari. Seseorang yang emailnya saya baca setelah saya memanjatkan doa terlebih dahulu.
Seseorang yang mungkin pernah menjadi calon menantu paling didambakan oleh orang tua saya. Seseorang yang mengaku menunggu saya selama 12 tahun. Seseorang yang bahkan ingat semua pertemuan tak sengaja yang terjadi setelah kami lulus SMA. Seseorang yang tidak diduga tiba-tiba datang bersilaturahmi Lebaran. Seseorang yang pernah meminta saya untuk menunggunya pada liburan Natal tahun itu karena dia akan pulang.
Seseorang yang ternyata tidak datang ketika liburan Natal itu. Seseorang yang pada suatu subuh menjelang tahun baru mengirimkan sebuah sms yang membuat saya bingung. Seseorang yang kemudian mengirimkan email pada saya di bulan Februari. Seseorang yang emailnya saya baca setelah saya memanjatkan doa terlebih dahulu.
Email:
Maaf, aku gak bisa menepati janji. Aku mau menikah akhir bulan ini. Tolong mintakan maaf ke mamah sama bapak ya..
Sekali lagi aku minta maaf.
Maaf, aku gak bisa menepati janji. Aku mau menikah akhir bulan ini. Tolong mintakan maaf ke mamah sama bapak ya..
Sekali lagi aku minta maaf.
Seseorang yang mengirimkan surat elektronik untuk menyatakan bahwa rencana kami batal demi rencananya dengan gadis itu. Seseorang yang kemudian mengabarkan bahwa dia sudah menikah dengan seorang dokter gigi. Seorang yang meminta saudaranya untuk menyampaikan hal itu kepada saya. Seseorang yang membuat saya sempat alergi pada sosok dokter yang ada di drama-drama lokal. Seseorang yang kemudian mengajak saya berteman di facebook dan membuat saya akhirnya harus melihat "dia".
Bungkusan terasi itu sedemikian hebatnya membuka pintu mesin waktu ke delapan tahun yang lalu. Dan sepanjang perjalanan ke masa lalu itu, bungkusan terasi itu tetap ada dalam genggaman saya.
Delapan tahun lalu seseorang itu sedang bertugas di kota mpek mpek, dan sekarang dia ada di kota udang tempat oleh-oleh ini berasal.
Malam ini, ketika saya mengingat kejadian oleh-oleh Cirebon itu, dengan tulus saya ingin mengucapkan terima kasih.
Untuk seseorang di kota udang, terima kasih. Karena kita pernah punya kisah pada masa lalu, saya bisa menuliskan cerita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar