Jumat, 31 Juli 2020

Baca Ulas: Mecca, I'm Coming! Karya Salamun Ali Mafaz

Mecca I'm ComingMecca I'm Coming by Salamun Ali Mafaz
My rating: 3 of 5 stars

Tokoh utamanya Eddy dan Eni dari Desa Timpik. Eddy seorang pemuda biasa yang jatuh cinta dengan Eni, gadis cantik anak pak Haji Soleh. ⁣
Eddy ingin menikahi Eni, sementara Haji Soleh ingin menikahkan Eni dengan Pietoyo.⁣
Untuk menarik hati Haji Soleh, dan jalan supaya dapat meminang Eni, Eddy menjanjikan dia akan segera berhaji tahun itu juga.⁣
Perjuangan Eddy untuk bisa pergi ke tanah suci, dan menikahi Eni adalah inti dari cerita ini.⁣

Cerita Eddy memperjuangkan Eni dan usahanya melakukan ibadah haji dikemas oleh penulis dengan balutan humor, bahkan kisah tragis Eddy dengan Second Travel juga dikisahkan dengan nada humor. Meski begitu, pesan moralnya tersampaikan.⁣

Second Travel, ini apa ya? Mengingatkan teman² sama sesuatu gak? 😁⁣

Oh iya, novel ini sudah diadaptasi ke dalam film oleh Dapur Film dan MD Pictures. Saya juga baru tahu pas lihat Viu, kalau filmnya ditayangkan di aplikasi itu. Mungkin habis ini saya mau nonton filmnya juga.⁣

Selamat Hari Raya Idul Adha teman-teman. ⁣

View all my reviews

Sabtu, 18 Juli 2020

Baca Ulas: Tiga Sandera Terakhir, karya Brahmanto Anindito

Tiga Sandera TerakhirTiga Sandera Terakhir by Brahmanto Anindito
My rating: 4 of 5 stars

Tiga Sandera Terakhir. Buku kedua dari Brahmanto Anindito yang saya baca setelah Satin Merah.

Berlatar bumi Cendrawasih, kisah yang dibawa cukup serius, tentang penyanderaan turis yang digawangi oleh OPM. Tapi, itu adalah babak satu dari kisah ini. Penyanderaan dan operasi pembebasan sandera oleh TNI dibawah komando Larung Nusa adalah awal dari babak dua cerita ini.

Babak Dua adalah ketika Larung Nusa diminta untuk membasmi para pelaku penyanderaan itu dengan membuat sebuah tim baru di luar TNI.

Babak dua ini, saya sebagai pembaca seperti sedang nonton adegan action perang dalam film, penggambarannya begitu jelas, sehingga actionnya begitu terasa. seru dan menegangkan.

4 Bintang, menurut saya untuk riset tentang TNI, Papua, OPM dan juga tentunya untuk gaya berceritanya Penulis.

Persib, undur diri 😂

View all my reviews

Rabu, 14 Agustus 2019

Baca Ulas: Semesta pun Berthawaf (T. Djamaluddin)

Semesta Pun BerthawafSemesta Pun Berthawaf by Thomas Djamaluddin
My rating: 5 of 5 stars

Buku yang sangat menarik.
Terdiri dari 14 bab yang hampir semuanya berbicara dari sisi astromi dalam usaha memahami al-Quran terutama ayat-ayat yang berkaitan dengan alam semesta.

Dalam membahas evolusi manusia, penulis memberikan sedikit pendapatnya mengenai kelahiran Adam. Menurutnya, bisa jadi Adam a.s. juga serupa dengan Isa a.s. memiliki ibu, tetapi tanpa ayah.
Sehingga proses biologis (dilahirkan dari rahim sesosok makhluk) tetap terjadi. Hal ini menurut beliau dikarenakan Allah tidak menjelaskan proses kelahiran Adam, tidak seperti kelahiran Isa dari Maryam. (Lebih jelasnya bisa dibaca di buku ya, pendapat beliau ini).
Hal ini tentu saja masih sangat bisa diperdebatkan apalagi bila dikaji dengan ayat-ayat tentang proses penciptaan Adam.

Kelebihan lain buku ini selain penjelasan sains yang disandarkan pada ayat-ayat al-Quran, yaitu adanya halamna-halaman yang memuat QR code yang bisa dipindai sehingga kita dapat melihat video-video terkait beberapa hal yang dibahas dalam buku.

Bagi yang masih bingung apakah bumi ini datar atau bulat, buku ini bisa banget dibaca lho. ^^


View all my reviews

Senin, 29 Juli 2019

Baca Ulas: Prabu Anom (Le Petit Prince versi Bahasa Sunda)

Prabu AnomPrabu Anom by Antoine de Saint-Exupéry
My rating: 4 of 5 stars

Membaca The Little Prince dalam bahasa Sunda memberikan nuansa tersendiri. Ceritanya tetap sama tetapi karena disajikan dalam bahasa ibu yaitu bahasa Sunda (saya orang Sunda), rasanya lebih mengena, karena jujur saja ada beberapa kata yang memang lebih pas dan lebih tepat dalam bahasa Sunda ketimbang bahasa Indonesia. Saya sudah membaca versi terjemahan bahasa Indonesianya terlebih dahulu. Misalnya ketika ada dialog tentang pohon baobab atau ki tambleg (dalam versi bahasa Sunda).

"Jika demikian,mereka juga makan pohon baobab?"
Aku menjelaskan pada Pangeran cilik bahwa baobab bukan semak, melainkan pohon sebesar gereja, dan kalaupun ia membawa sekelompk gajah, mereka tidak akan mampu menghabiskan satu pun pohon baobab.
Gambaran sekelompok gajah membuat Pangeran Cilik tertawa, "Harus diletakkan satu di atas yang lain."
Tetapi ujarnya dengan bijaksana, "pohon baobab, sebelum menjadi besar, tentu kecil dulu."
"Betul! Tapi mengapa kamu ingin dombamu memakan anak-anak pohon baobab?"
"oh, ayolah!" jawabnya, seolah-olah sudah jelas dengan sendirinya. Dan aku harus menggunakan seluruh daya pikirku untuk memecahkan persoalan itu sendiri.

Versi terjemahan bahasa Sunda:

“Atuh domba gĂ© bisa nyatu ki tambleg?”
Manehna ku kuring dibéjaan yén ki tambleg mah lain rungkun, éta mah tatangkalan nu gedéna sagéde gedong, jeung sanajan dihakan ku gajah saburuyugan gé, ki tambleg téh moal beak satangkal-tangkal acan.
Ngeunaan gajah, si Prabu Anom téh kalah ngabarakatak.
“Mun aya gĂ© gajahna kudu digundukkeun sangkan mahi.” pokna tĂ©h.
Tuluy ceuk manĂ©hna tĂ©h ngomong, mani wijaksana pisan, “Saacan gedĂ©, ki tambleg gĂ© jadi siga jukut heula.”
“Enya oge sih,” ceuk kuring, “Tapi naha si domba kudu nyatu ki tambleg nu siga jukut kĂ©nĂ©h?”
ManĂ©hna langsung nĂ©mbalan, “Euh, cik atuh lah!” cenah, kawas pananya nu teu kudu dijawab. Kuring jadi mikir sorangan, lila pisan.

Ketika saya membaca versi bahasa Sunda, dialog tersebut terasa lebih segar dan lebih pas. Menariknya lagi, buku Prabu Anom ini memuat juga aksara Sundanya dari setiap kalimat, bagus deh pokoknya :))


View all my reviews

Kamis, 09 Agustus 2018

Baca Ulas: Jakarta Sebelum Pagi, karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Aneh tapi menarik :)

Saya menemukan buku ini di meja adik saya, warna kovernya biru, salah satu warna kesukaan saya. Pernah baca nama pengarangnya yang unik, Ziggy Z............ Namun belum pernah baca karya dia sebelumnya, makanya pas lihat ada buku ini di meja adik saya, saya berniat untuk membacanya.
Membaca bagian prolog sampai chapter ke 2, saya kembalikan lagi buku ini ke meja adik saya. Saya merasa agak aneh dengan awal ceritanya, dengan gaya Emina si tokoh utama yang diceritakan baru saja membaca Animal Farm. Baru setelah laptop saya harus mendekam di tempat service komputer, dan saya punya lebih banyak waktu luang, saya coba lanjutkan lagi membaca buku ini.

Dan saya jadi bersemangat ketika saya melanjutkan membaca langsung bertemu dengan tokoh anak kecil bernama Suki. Diceritakan dari sudut pandang Emina yang serba spontan, bicara seperti tidak dipikir, penggambaran tokoh Suki jadi semakin menarik.
Bagi saya, Suki di dunia nyata mungkin seperti Deby anaknya Kang Dadang di sinetron Dunia Terbalik.

Ceritanya yang aneh ini ternyata menarik. Ceritanya tentang romance, ada pahitnya, ada bagian sweetnya, dan lucu juga.

Ada cerita tentang acara minum teh ala Jepang dan Inggris dalam buku ini, membuat saya ingin mencoba merasakan ikut di acara tersebut.

Well, *sok ngomong campuran ala Emina*, I like this book, gak heran di kovernya ditulis "Karya Fiksi Terbaik Indonesia 2016 versi majalah Rolling Stone" :)

Minggu, 18 Desember 2016

Baca Ulas: Everything Everything by Nicola Yoon

~Kalian adalah pembaca yang sangat menyeluruh kalau kalian berada di halaman ucapan terima kasih bersamaku.~
Demikian yang Nicola Yoon tulis di halaman 333 dalam Ucapan Terima Kasih.

Saya boleh berbangga untuk masuk ke dalam kategori pembaca yang menyeluruh karena jujur saya membaca buku Everything Everything ini bahkan mulai dari halaman pertama sampai halaman paling akhir. #apabangetlahini 😂

Everything Everything bercerita tentang Maddy, seorang gadis berusia 18 tahun yang menderita satu penyakit langka, yang membuatnya tak pernah merasakan dunia luar. Keseharian Maddy dihabiskan dengan belajar secara online dengan tutor-tutornya dan juga membaca buku.

Ngomong-ngomong tentang buku koleksi Maddy, saya sangat iri sekaligus sirik karena semua bukunya adalah hardcover yang masih baru. Buku yang dibaca Maddy berulang-ulang adalah The Little Prince, yang menurutnya setiap kali membaca ulang selalu mendapat kesan yang berbeda, juga Flowers for Algernon'.

Rutinitas Maddy mulai terganggu setelah keluarga mereka mendapatkan tetangga baru. Olly.

Alur cerita Everything Everything ini enak diikuti, narasinya bagus. Banyak informasi menarik dari footnote yang ada di banyak halaman, dan itu bagi saya tidak mengganggu sama sekali, justru sangat berfaedah 😁

Hanya saja, saya sempat mengalami 'turn off' ketika sampai pada part Maddy yang sakit lalu melakukan kontak fisik dengan Olly, dan setelahnya Maddy seperti terobsesi. Di part itu saya merasa agak malas melanjutkan. Saya jadi teringat dengan beberapa cerita tentang orang-orang yang menderita sakit parah dan obsesinya hanya ingin merasakan 'hal itu'. Saya jadi ingat salah satu film Jepang berjudul I Give my first love to you.
Saya memang agak terganggu dengan tema-tema semacam itu, ya...ini pendapat pribadi saya saja.

Tapi, sebagai pembaca yang menyeluruh saya lanjutkan membaca dan kemudian menemukan ketertarikan kembali dengan cerita tentang mom-nya Maddy. Sayangnya karena cerita ini fokus di Maddy, bagian tentang mom seolah diselesaikan (mungkin juga tidak/dianggap selesai) dengan agak terburu-buru.

Akhirul Kalam, Everything Everything termasuk bacaan ringan karena kelebihan dalam narasinya yg mengalir sehingga tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk menyelesaikannya, dan juga sarat informasi.

Salah satu kesamaan dengan buku terbitan @penerbitspring yang sebelumnya saya baca, Being Henry David, tokoh utamanya adalah orang-orang yang membaca buku, dan itu keren.

Judul: Everything Everything
Pengarang: Nicola Yoon
Penerjemah: Airien Kusumawardani
Penerbit: Penerbit Spring
Tahun terbit: Oktober 2016
Jumlah halaman: 335 halaman

Selasa, 06 Oktober 2015

Baca Ulas : Sabtu Bersama Bapak


Judul                     : Sabtu Bersama Bapak
Penulis                   : Adhitya Mulya
Penerbit                : Gagas Media
Tahun Terbit       : 2015 (Cetakan Kelima belas)
Tebal                     : 277 halaman

Blurb:
Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.
---

Bagian awal novel ini dibuka dengan pak Gunawan Garnida dibantu istrinya, Itje Garnida menyiapkan segala keperluan untuk membuat rekaman video. Pasangan suami istri itu berasal dari Bandung. Saat pembuatan video tersebut,usia pak Gunawan 38 tahun, dan istrinya 35 tahun. Saat itu bulan Desember tahun 1991.

Pada suatu sabtu sore di tahun 1993, bulan Januari. Ibu Itje untuk pertama kalinya memperlihatkan rekaman video yang suaminya telah persiapkan kepada dua anak laki-laki mereka yaitu Cakra berusia lima tahun , dan Satya berusia delapan tahun. Dan Sabtu-sabtu berikutnya sesuai dengan jadwal yang diberikan ibu Itje, sehabis Ashar, Cakra dan Satya akan menghabiskan “Sabtu Bersama Bapak”.

Cakra dan Satya pun dewasa. Satya telah menikah dan bahkan telah dikaruniai tiga orang anak laki-laki. Cakra masih dalam usahanya mendapatkan gadis pujaan, dan ibu Itje…usaha restorannya maju pesat.

Cerita lalu bergulir diantara usaha Cakra mencari jodoh, Satya yang mengalami masalah rumah tangga, dan ibu Itje yang menyembunyikan ‘sesuatu’ dari anak-anaknya tercinta. Selama itu pula, video-video dari pak Gunawan terus menemani mereka.

---

Saya sudah cukup lama mengetahui ada karya Adhitya Mulya terbaru, yaitu novel Sabtu bersama Bapak ini, novel ini pertama kali cetak tahun 2014. Tetapi saya baru berkesempatan dan mendapatkan mood untuk membeli novel ini baru di pertengahan tahun 2015, dan tidak langsung dibaca juga, pembaca apalah saya ini.

Begitu saya mulai membacanya, waaahhh….. novel ini bagus. Beneran, karena saya cukup tahu beberapa karya Adhitya sebelumnya. Pertama kali karyanya yang berkesan buat saya itu novel Gege Mengejar Cinta, awalnya pinjam trus punya sendiri trus novelnya hilang, entah setelah dipinjam siapa *nangis*. Lalu Jomblo, yang ini pinjam saja, tidak berniat mempunyai pribadi karena saya sudah telanjur terganggu dengan penokohan dalam filmnya. Travelers’Tale yang dikerjakan keroyokan bareng tiga penulis lain termasuk salah satunya adalah Ninit Yunita. Terakhir yang memuat tulisan Adhitya Mulya adalah buku Indonesia Jungkir Balik.

Cerita di novel Sabtu Bersama Bapak meninggalkan kesan baik untuk saya, pesan-pesan pak Gunawan untuk kedua anaknya, sesungguhnya juga dapat jadi pesan bagi kita yang membacanya. Pesan-pesan bagaimana menjadi laki-laki yang baik, bagaimana dalammenuntut ilmu, bagaimana kelak menjadi suami dan ayah yang dapat menjadi teladan, sangat bisa diterima. Ditambah lagi, ketika saya membaca novel ini, suasana hati saya sedang mendukung sekali,dan merasa sangat setuju dengan pendapat-pendapat pak Gunawan.

Kalau mau mengambil kuitpan dari pak Gunawan, terlalu banyak yang bisa dikutip. Meskipun banyak petuah-petuah bijak dari Bapak, tetapi novel ini juga tidak kehilangan cirri khas Adhitya Mulya, tidak kehilangan unsur jenakanya, sehingga rasanya komplit .
Satu hal yang ingin saya sampaikan juga, bahwa saya mengapresiasi Adhitya dalam memakai sebutan Sunda, sehingga kesan bahwa para tokoh dalam novel ini berasal dari tatar Sunda lebih terasa. Saya salut, ketika di halaman 268 saya membaca ini:

“Come on Boys… sarapan dari Bi Ayu!” seru Rissa.

Lalu di halaman selanjutnya,

Ayu menggendong si  Bungsu, “Kamu, aku bawa pulang aja ,ya? Tinggal di sini aja ya? Sama aku? Sama Mang Saka? Kiss kiss.”

Apa yang menarik? Pemakaian kata ‘Bi’ dan ‘Mang’, mungkin sepele, tapi tidak juga. Saya merasa perlu mengapresiasi, karena sekarang ini, banyak orang Sunda yang sudah meninggalkan menggunakan kata ‘Mang’ untuk kata ganti paman dan menggantinya dengan sebutan ‘Om’, juga banyak  yang meninggalkan kata ‘Bi atau Bibi’ dan menggantinya dengan ‘tante’ atau ‘aunty’. Katanya kalau pakai kata ‘Bi’ atau ‘Mang’ itu kampungan, gak kekinian, padahal itu bahasa daerah, yang kalau sudah semakin banyak yang tidak menggunakan maka bahasa itu akan hilang. Kekhawatiran saya terlalu jauh ya? Bisa jadi…  Tapi hal itu juga yang membuat saya terlalu senang ketika membaca novel ini. Kang Adhitya Mulya, saya salut akang mempertahankan menulis sebutan itu dalam bahasa Sunda.

Untuk review  atau ulasan kali ini, saya mau ngasih nilai. Nilainya dari saya membandingkan dengan karya Adhitya Mulya sebelumnya. Saya kasih nilai lima bintang untuk Sabtu Bersama Bapak.

Selamat membaca, happy reading, wilujeng maca…. ^^

Baca Ulas: Mecca, I'm Coming! Karya Salamun Ali Mafaz

Mecca I'm Coming by Salamun Ali Mafaz My rating: 3 of 5 stars Tokoh utamanya Eddy dan Eni dari Desa Timpik. Eddy seorang pemuda biasa...